BK KELUARGA
RESUME BUKU KONSELING KELUARGA
PROF. DR. H. SOFYAN S. WILIS
BAB I LATAR BELAKANG KEHIDUPAN KELUARGA
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga,
tidak akan pernah lepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat
tertentu. Sistem nilai menentukan perilaku anggota masyarakat. Berbagai
sistem nilai ada di masyarakat yaitu: a) nilai agama saat ini degradasi
terhadap agama sangat terasas sekali, semua agama merasakan bahwa
kebanyakan umatnya kurang setia pada agama yang dianutnya. b) degradasi
nilai adat istiadat, yang sering disebut tata susila atau kesopanan, hal
ini dapat dibuktikan pada perilaku anak-anak, remaja saat ini. c)
degradasi nilai-nilai sosial, sebagaimana kita saksikan saat ini,
masyrakat sangat individualis mementingkan diri sendiri dalam segala
hal, enggan berbagi harta, pikiran ,saran dan pendapat, tidak mau
bergaul terutama dengan orang rendahan, memutusan tali silaturrahmi
terutama dengan keluarga. d) degradasi kesakralan keluarga, seperti yang
kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan keluarga, banyak sekali
kasus suami membunuh istrinya, dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan
sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa
keluarga modern mempunyai ciri utama kemajuan dan perkembangan di bidang
pendidikan, ekonomi dan pergaulan. Kebanyakan keluarga modern berada di
perkotaan, mungkin juga ada keluarga modern tinggal di pedesaan, akan
tetapi jarang berinteraksi dengan masyrakat pedesaan. Kelengkapan alat
transportasi dan komunikasi memungkinkan mereka cepat berinteraksi di
kota yaitu dengan keluarga lainnya. Namun dibalik semua itu, terdapat
krisis keluarga, artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak
teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan
kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Berikut ini adalah
faktor-faktor penyebab terjadinya krisis keluarga yaitu: kurang atau
putus komunikasi diantara anggota keluarga terutama ayah dan ibu, sikap
egosentrisme, masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalah pendidikan,
masalah perselingkuhan, jauh dari agma.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang
telah disebutkan di atas, pasti ada jalan keluar untuk penyelesaian. Ada
banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga.
Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang
sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengan
cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau dengancara kasih sayang, kekeluargaan. Kedua
orang tua dalam menyelesaikan krisis keluarga terutama yang berhubungan
dengan masalah anak dan istri. Cara ilmiah adalah cara konseling
keluarga (family conseling). Cara ini adalah yang telah dilakukan oleh
para ahli konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan dilakukan dalam
hal ini: 1). Pendekatan individual atau juga disebut konseling
individual yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
2). Pendekatan kelompok (family conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga
yang dibimbing oleh konselor keluarga.
BAB II SEJARAH KONSELING KELUARGA
Sejarah perkembangan konseling keluarga
di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1919 yakni
sesudah perang dunia I , Magnus Hirschfeld mendirikan klinik pertama
untuk pemberian informasi dan nasehat tentang masalah seks di Berlin Institut For sexual science.
Pusat informasi dan advis yang sama didirikan pula di Vienna pada tahun
1922 0leh Karl Kautsky dan kemudian pusat lain didirikan lagi di Berlin
pada tahun 1924. Di Amerika Serikat ada dua penentu yang masing-masing
berkaitan dalam perkembangan gerakannya yaitu: 1). Adanya perkembangan
pendidikan keluarga yang diusahakan secara akademik, dan kemudian
menjadi pendidikan orang dewasa. 2). Munculnya konseling perkawinan dan
keluarga terutama dalam masalah-masalah hubungan diantara anggota
keluarga (suami, istri dan anak-anak) dalam konteks kemasyrakatan. Tokoh
yang ulung dalam bidang pendidikan kehidupan perkawinan dan keluarga
pada awal sejarah masa lalu adalah Ernest Rutherford Gover (1877-1948).
Perbedaan yang mencolok antara konseling Amerika Serikat dan Eropa adalah: Amerika Serikat telah berorientasi teoritis (academic setting)
misalnya dengan menganut aliran-aliran psikologi terkenal, sedangkan
Eropa hanya berawal dari praktisi (para dokter terutama dokter
kandungan) tanpa memikirkan aspek teoritisnya. Sedangkan istilah family conseling (konseling keluarga) sama dengan family therapy,
dimana yang terakhir itu lebih populer di AS. Pada masa perkembangan
selanjutnya, konseling keluarga lebih banyak digarap oleh para terapis
dibidang psikiatri. Sebelumnya di AS lebih terkenal istilah family conseling (konseling keluarga). Karena pelopornya adalah para psikolog seperti Grover.
Perkembangan konseling keluarga di
Indonesia sendiri tertimbun oleh maraknya perkembangan bimbingan dan
konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling (BK) di sekolah pada masa
tahun 60-an bahkan sampai pada saat ini dirasakan sebagai suatu
kebutuhan, karena banyak sekali masalah-masalah siswa, seperti kesulitan
belajr, penyesuaian sosial, dan masalah perilaku siswa yang tidak dapat
dipecahkan oleh guru biasa. Jadi diperlukan guru BK untuk membantu
siswa. Namun sejak awal, lulusan BK ini memang sangat sedikit, sehingga
sekolah mengambil kebijakan menjadikan guru biasa merangkap BK. Hal ini
telah mencemarkan nama BK karena banyak perlakuan “guru BK” yang tidak
sesuai denga prinsip-prinsip BK, seperti memarahi siswa, bahkan ada yang
memukul. Mengenai kasus keluarga, banyak juga ditemukan di sekolah
seperti siswa yang menyendiri, dan suka bermenung. Dan memang belakngan
diketahui ternyata keluarganya berantakan, misalnya ayah ibu bertengkar
dan bercerai.
Dalam proses perkembangan konseling
keluarga terdapat dua dimensi orientasi: 1) orientasi praktis, yaitu
kebenaran tentang perilaku tertentu diperoleh dari pelaksanaan proses
konseling di lapangan. Gaya kepribadian konselor praktis dengan gaya
konduktor, kepribadiannya hebat, giat, dapat menguasai audence sehingga
mereka terpana. Selamjutnya dengan gaya reaktor, yaitu kepribadian
konselornya cenderung tidak menguasai, menggunakan taktik secara
dinamika kelompok dikeluarga. 2) orientasi teoritis, cara yang ditempuh
adalah dengan mengadakan penelitian.
Selanjutnya pengelompokan konselor, yaitu
terdapat dua (A-Z) 1) pengelompokan konselor (A) menurut Guerin 1976,
dalam praktiknya, sering memandu anggota keluarga kearah diskusi-diskusi
tentang pengalaman, waktu, ruang dalam sesi-sesi terapi. 2) kelompok
(Z) yang berorientasi pada sistem. Guerin 1976 ia mengamati bahwa ada
tiga parameter penting dalam konseling keluarga model Z ini. a) fokus
terapetik yaitu gejala atau pertumbuhan; b) derajat optimisme untuk
melunakan perilaku manusia; c) tipe pendidikan yang ditekankan.
Perkembangan konseling keluarga
selanjutnya. Dimulai dari tahub 80-an ditandai dengan adanya
pengorganisasian dalam konseling keluarga dan bermunculannya literatur
yang makin banyak dalam bidang tersebut. Susan Jones dalam bukunya
“family Therapy” menggunakan perbandingan-perbandingan pendekatan dalam
konseling keluarga yaitu:
- Integratif (Ackerman)
- Psikoanalitik (Farmo, Steirlin, Grotjan)
- Bowenian (Bowen)
- Struktural (Minuchin)
- Interaksional (Jackson, Watslawick, Haley, Satir)
- Social Network (Speck, Attinev, Rueveni)
- Behavioral (Patterson).
BAB III KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN SISTEM
- Perspktif Sistem dalam Keluarga
Menurut teori sistem ada dua perspektif
yaitu sistem tertutup, (closed system) dan sistem terbuka, (open
system). Sistem tertutup adalah suatu sistem yang tidak terpengaruh oleh
dunia luer. Demikian pula ia tidak bisa mempengaruhi dunia luar,
misalnya sistem mesin mobil, motor mesin kereta api, dan sebagainya.
Sedangkan sistem terbuka adalah suatu sistem yang dapat dipengaruhi oleh
dunia luar . sebaliknya mungkin saja dia dapat mempengaruhi dunia luar
tersebut. Sebagai contoh sistem keluarga, sekolah/universitas,
departemen dan sebagainya.
- Konseling Struktural Keluarga
Teori dan teknik konseling keluarga
struktural ini dikembangkan akhir tahun 1976 oleh Minuchin. Praktek
konseling keluarga struktural berdasarkan konsep-konsep kunci yaitu:
- Keluarga sebagai sistem manusia yang mendasar, dan alternatif-alternatif yang tersedia.
- Nilai fleksibilitas sistem dan kjapasitasnya untuk perluasan dan restrukturing (pengstrukturan kembali) seperti dengan mengubah aliansi, koalisi sistem dan subsistem dalam berespon terhadap perubahan keadaan.
- Menguji daya resonansi (keadaan respon) sistem keluarga, kesensitifan terhadap aksi anggota lain. Perilaku anggota keluarga bergerak dari amat sensitif/mencurigai/mengawasi hingga membiarkan saja (mas bodoh) dengan kasi (perkataan, perbuatan, kecemasan, keluhan dan lain-lai) anggota keluarga.
- Meninjau suasana kehidupan keluarga, menganalisis faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor yang menimbulkan stres dalam ekologi keluarga.
- Menguji tahap perkembangan keluarga dan penampilan keluarga dalam melakukantugas sesuai dengan tahap tersebut (misalnya: tugas anak umur 12 tahun tugas perkembangannya bagaimana seharusnya; tetapi kenyataannya tugas itu mundur atau terlalu maju).
BAB IV MEMAHAMI KONSELING KELUARGA
- Latar Belakang Konseling Keluarga
- Perubahan Kehidupan Keluarga
Dengan berakhirnya perangb dunia II maka
terjadilah perubahan dalam sosio-kultur dalam masyrakat AS. Pengaruh
tersebut menggejala pula terhadap keluarga, dan anggota-anggotanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, keluarga mendapat tangtangan dan tekanan
dari luar dan dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap
bertahan. Kemajuan disegala bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa
pula dampaknya terhadap keluarga di Indonesia khususnya di kota-kota.
- Keluarga Pecah (Broken Home)
Yang dimaksud keluarga pecah (broken
home) dapat dilihat dari dua aspek: 1. Keluarga itu terpecah karena
strukturnya tidak utuh, karena meninggal dunia, atau bercerai. 2. Orang
tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi
karena ayah atau ibu jarang ada di rumah, atau tidak memperlihatkan
kasih sayang lagi.
- Kasus Siswa di Sekolah
Banyak kasus siswa di sekolah yang
bersumber dari keadaan keluarganya, misalnya keluarga krisis. Biasanya
jika ternyata memang kasus itu berkaitan erat dengan masalah keluarga,
maka guru pembimbing (GP) akan berusahamelakukan kunjungan rumah (home
visit).
- Konseling Keluarga dan Sekolah
Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem
yang amat penting didalam kehidupan anak dan remaja. Keluarga berperan
utama adalam mempengaruhi anak-anak dalam proses perkembangan dan
sosialisasinya. Kemudian sekolah tidak hanya mengembangkan keterampilan
kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan perilaku emosional
dan sosial. Untuk selanjutnya anak dipengaruhi oleh dua sistem itu.
- Pengertian Konseling Keluarga
Family Conseling atau konseling
keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota
keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar
potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi
atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan
kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.
BAB V TEORI-TEORI KONSELING
- Pendekatan Psikoanalisis
Sigmund Freud 1896, sebagai pendiri
aliran ini mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia
sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam kesadaran dapat
diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut, sedanhkan
sebagian besar gunumg es yang terbenam itu adalah alam ketaksadaran
manusia. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id, ego dan
super ego.
- Tujuan dan Proses Konseling
Tujuan konseling aliran psikoanalisis
adalh untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan
mengembalikan hal yang tak disadri menjadi sadar kembali. Proses
konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar klien dapat
menghayati, memhami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya
terutama masa usia 2-5 tahun.
- Teknik Konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling
psikoanalisis yaitu: 1) Asosiasi bebas, yaitu klien diupayakan untuk
menjernihkan atau mengikis alam pemikirannya dari alam pengalaman dan
pemikiran sehari-hari sekarng ini sehingga klien mudah mengungkapkan
masa lalunya. 2) interpretasi, teknik yang digunakan konselor untuk
menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi klien.
3) analisis mimpi, yaitu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari
dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum
terpecahkan. 4) analisis resistensi, ditujukan untuk menyadarkan meminta
perhatian klien untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan
terjadinya resistensi. 5) analisis transferensi, konselor mengusahakan
agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neorosisnya
terutama pada usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya.
- Terapi Terpusat pada Klien (Client-Centered Therapy)
Client-Centered Therapy sering
juga disebut terapi non-directive adalah suatu metode perawatan psikis
yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar
tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan Teknik Konseling
Berikut ini adalah tahapan-tahapan konseling terapi terpusat pada klien
- Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri
- Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor menyadarkan klien.
- Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukaan prasaannya.
- Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
- Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
- Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).
- Klien merealisasikan pilihannya itu.
Implementsi teknik konseling didasri oleh
faham filsafat dan sikap konselor tersebut. Karena itu penggunaan
teknik seperti pertanyaan, memberanikan, interpretasi, dan sugesti
dipakai dalam frekuensi rendah. Yang lebih utama adalah pemakaian teknik
konseling bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap.
Karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan, dan
konsisten, memahami secara empati, memberi penilaian kepada klien, akan
tetapi konselor selalu objektif.
- Terapi Gestal
Terapi ini dikembangkan oleh Federick S.
Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran yakni psikoanalisa,
penomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi gestal Menurut Parls
individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah
dari bagian-bagian atau organ-organ semata. Individu yang sehat adalah
yang seimbang antra ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu
pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep
dasar terapi gestal.
- Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah
konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian. Mula-mula terapi ini dikembangkan
oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi treatment neurosis. Kontribusi
terbesar dari konseling behavioral (perilaku) adalah diperkenalkannya
metode ilmiah dibidang psikoterapi. Yaitu bagaimana memodifikasi
perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar
untuk perubahan perilaku.
- Tujuan Terapi Behavioral
Tujuan konseling behavioral adalah untuk
membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan
mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Selain itu, tujuan
terapi behavioral untuk memperoleh perilaku baru, mengeleminasi
perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku
yang diinginkan.
- Teknik konseling Behavioral
- Teknik desensitisasi Sistematik. Teknik ini bermaksud mengajar klien untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
- Teknik Asertive training. Teknik ini menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Pelaksanaan teknik ini ialah dengan role playing (bermain peran).
- Aversion therapi. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku positif.
- Home-work. Yaitu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Caranya adalah dengan memberi tugas rumah untuk satu minggu.
- Logotherapy Frankl
Tujuan dari terapi logo ialah agar dalam
masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan
dari kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat
membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Ada pu teknik
konseling logo, masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan tetapi
menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik konselingnya,
menggunakan semua teknik yang sekiranya sesuai dengan kasus yang
dihadapi.
- Rational Emotiv Therapy (RET)
Teori ini dikembangkan seorang
eksitensialis Albert Ellis 1962. Teori ini memandang bahwa manusia
adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang
dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan
individu dalam satu kesatuan yang berarti, manusia bebas, berpikir,
bernafsu, dan berkehendak. RET menolak aliran psikoanalisis dengan
mengatakan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan
terjadinya gangguan emosional. Gangguan emosi terjadi disebabkan
pikiran-pikiran seorang yang bersifat irasional terhadap peristiwa dan
pengalaman yang dilaluinya.
- Tujuan dan Proses Terapi
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki
dan mengubah sikap, presepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan
klien yang irasional menjadi rasional sehingga ia dapat mengembangkan
diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Adapun proses
konselingnya adalah:
- Konselor menunjukan kepada klien bahwa kesulitanyang dihadapinya perhubungan dengan keyakinan irasional dan menunjukan bagaimana klien harus bersikap rasional.
- Setelah klien menyadari gangguan emosional yang bersumber dari pemikiran irasional, maka konselor menunjukan pemikiran klien yang irasional.
- Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
- Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupan rasional dan menolak kehidupan yang irasional dan fiktif.
- Teknik Konseling
Layanan konseling RET terdiri atas
layanan individu dan kelompok. Sedangkan teknik-teknik yang digunakan
lebih banyak dari RET adalah: asertive training, (melatih dan
membiasakan), sosiodrama (sandiwara pendek tentang kehidupan), self
modeling (konselor menjadi model dan klien berjanji akan mengikuti),
teknik reinforcement (memberi reward), social modeling, desensitisasi
sistimatik, relaxatation, self-control, diskusi, simulasi, homework
assignment, dan bibligrafi (memberi bahan bacaan).
BAB VI APLIKASI TEORI-TEORI KONSELING
Aplikasi teori-teori konseling pada
praktek konseling keluarga adalah suatu keharusan. Akan tetapi konselor
sering merasa kesulitan dalam aplikasi tersebut dengan single theory.
Karena perilaku manusia tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja.
Jadi harus disorot dari segala arah. Karena itu menggunakan multi theory
adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati perilaku
manusia, terutama dalam praktek konseling.
- Pendekatan Terpusat Pada Klien
Roger menekankan bahwa klien secara
individual dalam keanggotaan kelompok akan mencapai kepercayaan diri,
dimana dia mengatakan bahwa anggota-anggota keluarga dapat mempercayai
dirinya. Hal ini bisa terjadi jika kondisi-kondisi ada yakni: kejujuran,
keaslian, memahami, menjaga, menerima, menghargai secara positif dan
belajar aktif. Dalam konseling keluarga, fungsi konselor adalah sebagai
fasilitator, yaitu untuk memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur
komunikasi apabila ternyata dalam kehidupan keluarga tersebut pola-pola
komunikasi telah berantakan bahkan terputus sama sekali.
Seorang konselor amat menentukan terhadap
keterbukaan anggota keluarga dalam setiap sesi. Konselor tidak
melakukan pendekatan terhadap anggota keluarga sebagai seorang pakar
yang akan menerangkan rencana treatmentnya. Akan tetapi ia berusaha
untuk menggali sumber yang ada didalam keluarga itu yaitu bahwa anggota
keluarga mempunyai potensi untuk berkembang untuk digunakan memecahkan
masalah individu atau keluarga. Dan esensinya bahwa anggota keluarga
adalah arsitek bagi dirinya sendiri. Konselor memperhatikan rerpek (rasa
hormat) yang tinggi bagi potensi keluarga yang digunakan untuk
menentukan dirinya sendiri. Dengan demikian, konseling keluarga adalah
proses menganyam dari semua anggota keluarga untul tumbuh dab menemukan
dirinya sendiri.
- Pendekatan Eksistensi Dalam Konseling Keluarga
Di dalam konseling eksistensial,
aspek-aspek seperti membuat pilihan-pilihan, menerima tanggung jawab
secara bebas, penggunaan kreatif terhadap kecemasan, dan penelitian
terhadap makna dan nilai, adalah merupakan hal-hal yang mendasar dalam
situasi terapetik dalam konseling keluarga. Dalam prinsip eksistensialis
yang digunakan pada konseling keluarga, menggunakan metode-metode
kognitif, behavioral dan berorientasi kepada perbuatan. Asumsi dasar
dari keluarga adalah bahwa anggota keluarga membentuk nasibnya melalui
pilihan-pilihan yang dibuatnya sendiri. Kelabunya kehidupan keluarga
tidak lain adalah karena berkurangnya kemauan para anggota untuk
mengalami, merasakan pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain.
Aah yang kita kejar dalam konseling keluarga ialah terjadinya anggota
keluarga memutuskan untuk mengubah struktur kehidupan keluarga yang
sesuai denga visi mereka sendiri.
- Konseling Keluarga Pendekatan Gestal
Teori gestal memberikan perhatian kepada
apa yang dikatakan anggota keluarga, bagaimana mereka mengatakannya, apa
yang terjadi ketika mereka berkata itu, bagaimana ucapan-ucapannya jika
dihubungkan dengan perbuatannya, dan apakah mereka berusaha untuk
menyelesaikan perbuatannya. Yang lebih ditekankan lagi dalam pendekatan
ini ialah keterlibatan konselor dalam keluarga. Karena itu, yang
terpenting bagi konselor adalah mendengarkan suara dan emosi mereka.
Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga sebagai
partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai orang yang dipercaya dalam
perjumpaan antara sesama. Konselor membawa kepribadian, reaksi dan
pengalaman hidupnya kedalam perjumpaan konseling keluarga. Konselor
akrab dengan mereka dan berusaha memahami dan merasakan isi hati mereka.
Konseling yang jujur, asli akan terjadi jika individu-individu yang
terlibat didalamnya giat berusaha untuk menempatkan diri sebagaimana
adanya dan memahami orang lain sebagaimana adanya pula.
- Pendekatan Konseling Keluarga Menurut Aliran Adler
Adler beranggapan bahwa problem seseorang
pada hakekatnya adalah bersifat sosial, karena itu diberi kepentingan
yang besar terhadap hubungan-hubungan antara manusia, yang terjadi
sebagai dinamika psikis dari individu-individu yang biasanya merupakan
kasus dalam keluarga. Tujuan dasar dari pendekatan ini adalah untuk
mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan hubungan di
dalam keluarga. Salah satu asumsi terpenting adalah bahwa konseling
keluarga harus diikuti secara suka rela oleh anggota keluarga. Anggota
keluarga bagaimana memfokuskan isu-isu yang merebak dalam keluarga dan
bagaimana mencapai persetujuan-persetujuan baru atau membuat usaha
kompromi dan serta aktif berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang
baik. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalamteori ini yaitu:
(inteview awal) konselor membantu mendiagnosis, (rolre playing) bermain
peran, (interpretasi) penafsiran.
- Pendekatan Transaksional Analysis (TA) dalam Konseling Keluarga
Tujuan dasar dari konseling keluarga (TA)
ialah bekerja dengan struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap
anggota keluarga terhadap konselor. Adapun tahapan-tahapan konselingnya
yaitu:
- Tahap Awal, fokus konseling adalah pada dinamika keluarga sebagai suatu sistem. Konselor menerangkan kepada anggota keluarga bagaimana suatu individu muncul dan mempengaruhi anggota lain dalam suatu unit keluarga.
- Tahap Kedua, terjadinya proses terapetik dengan setiap anggota keluarga. Di sini akan terlihat dinamika individu dalam proses konseling. Jika masing-masing anggota keluarga telah memahami dinamika hubungan antara mereka, maka fokus kita sekarang adalah terhadap keluarga sebagai suatu unit.
- Tahap Ketiga, tujuan kita disini adalah mengadakan reintegrasi terhadap keseluruhan keluarga. Tujuan yang akan dicapai adalah berfungsinya anggota-anggota keluarga baik secara independen maupun interdependen sehingga setiap anggota menjadi mampu berdiri sendiri dan dapat hidup sehat dalam keluarga.
- Aplikasi Konsep-konsep Psikoanalitik
Aliran psikoanalitik dalam konseling
keluarga member penjelasan tentang latar belakang kehidupan keluarga
sebagai pemahaman terhadap pola-pola intrapsikik yang terbuka dalam
konseling keluarga. Konsep psikoanalitik mengajarkan konaselor untuk
memahami ketakberfungsian pola-pola keluarga yang telah menyebabkan
isu-isu pribadi yang tak terpecahkan diantara ayah, ibu dan anak
gadisnya. Tangtangan tebesar dari konselor ialah untuk membantu anggota
keluarga agar menyadari keadaannya dan mengambil tanggung jawab dalam
menanggulangi proyeksi dan trasferensinya dan memahami bahwa masalah
keluarga masih berlarut-larut seandainya mereka terus menerus
berorientasi secara tak sadar kepada kehidupan masa lalunya. Pendekatan
ini menunjukan bahwa suatu kekuatan yang ditempuh untuk memecahkan
masalh keluarga sebagai suatu sistem dengan mencapai perubahan struktur
kepribadian kedua orang tua.
- Konseling Keluarga Rational Emotive
Tujuan dari rational-emotive therapy
(RET) dalam konseling keluarga pada dasrnya sama dengan yang berlaku
dalam konseling individual atau kelompok. Anggota keluarga dibantu untuk
melihat bahwa mereka bertanggung jawab dalam membuat gangguan bagi diri
mereka sendiri melalui perilaku anggota lain secara serius. Mereka
didorong untuk mempertimbangkan bagaimana akibat perilakunya,
pikirannya, emosinya telah membuat orang lain dalam keluarga menirunya.
Konseling keluarga (RET) mengajarkan anggota keluarga untuk bertanggung
jawab terhadap perbuatanya dan berusaha mengubah reaksinya terhadap
situasi keluarga.
- Aplikasi Teori Behavioral dalam Konseling Keluarga
Konselor-konselor behavioral telah
memperluas prinsip-prinsip teori belajar sosial (social learning theory)
terhadap konseling keluarga. Mereka mengemukakan bahwa
prosedur-prosedur belajar yang telah digunakan untuk mengubah perilaku,
dapat diaplikasikan untuk mengubah perilaku yang bermasalah di dalam
suatu keluarga. Ciri utama dari aplikasi behavioral terhadap konseling
keluarga menurut Liberman (1981) mengungkakpkan tiga bidang kepedulian
teknis bagi konselor: (1) kreasi dari gabungan terapetik yang positif,
(2) membuat analisa fungsional terhadap masalah-masalah dalam keluarga
dan (3) implementasi prinsip-prinsip behavioral yakni reinforcement dan modeling
di dalam konteks interaksi di dalam keluarga. Dengan menggunakan
peranan gabungan terapetik (Role Of Therapeutic Alliance), penilaian
keluarga dan selanjutnya melaksanakan strategi behavioral.
- Konsep-konsep Logotherapy Dalam Konseling Keluarga
Konsep-konsep logotherapy populer setelah keluar tulisan Frankl dalam bukunya: “Man’s Search for Meaning”
tahun1962. Logotherapy bertujuan agar klien yang menghadapi masalah
dapat menemukan makna dari penderitaannya dan juga makna mengenai
kehidupan dan cinta. Di dalam konseling keluarga, konselor sebaiknya
mengusahakan agar anggota keluarga menemukan makna yang baik baginya
dalam hubungan interpersonal. Konselor memberikan kesempatan kepada
anggota keluarga berdiskusi satu sama lain tentang problem mereka,
kemudian dibantu menemukan makna yang terkandung didalamnya. Makna
tersebut memberikan dorongan semangat hidup klien ke arah positif.
BAB VII PROSES DAN TAHAPAN KONSELING KELUARGA
Proses konseling keluarga berbeda dengan
konseling individual karena ditentukan oleh berbagai faktor seperti
jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari seorang. Relasi antar
anggota keluarga amat beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus
melibatkan diri (partisipan penuh) dalam dinamika konseling keluarga.
Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam
konseling keluarga yaitu:
- Relasi seorang konselor dengan klien
- Relasi satu klien dengan klien lainnya
- Relasi konselor dengan sebagaimana kelompoks
- Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga dan
- Relasi antar sebagaimana kelompok dengan sebagaimana kelompok anggota lain, misalnya ibu memihak anak laki-laki dan ayah memihak anak perempuan.
Di dalam konseling keluarga konseor
diharapkan mempunyai kemampuan profesional untuk mengantisipasi perilaku
keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas
emosional dan kepribadianya. Konseor yang profesional mempunyai
karalteristik yaiti: (a) ilmu konseling dan ilmu lain yang berkaitan
dengan berwawasan. (b) keterampilan konseling, (c) kepribadian konselor
yang terbuka, menerima apa adanya dan ceria.
Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut:
- Pengembangan Rapport
Hubungan konseling pada tahap awal
seharusnya diupayakan pengembangan rapport yang merupakan suasana
hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga
menimbulkan keterbukaan diri klien. Upaya-upaya tersebut ditentukan oleh
aspek-aspek diri konselor yakni: kontak mata, perilaku non verbal
(perilaku attending, bersahabat/akrab, hangat, luwes, keramahan, senyum,
menerima, jujur/asli, penuh perhatian), bahasa lisan, atau verbal (sapaan sesuai dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa, senyum dan bahasa lisan yang halus.
- Pengembangan Apresiasi Emosional
Jika semua anggota keluarga yang sedang
mengikuti anggota keluarga semua terlibat, maka akan terjadi interaksi
yang dinamik diantara mereka, serta memiliki keinginan yang kuat untuk
memecahkan masalah meraka dan merek mampu saling menghargai perasaan
masing-masing. Ada dua teknik konseling keluarga yang efektif yaitu
sculpting dan role playing kedua teknik ini memberikan peluang bagi
pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan
emosi masing-masing anggota keluarga.
- Pengembangan Alternatif Modus Perilaku
Pada pengembangan alternatif ini yaitu
mempraktikan temuan baru dari semua anggota keluarga, yang bisa
dijadikan alternatif perilaku yang baru di keluarga. Aplikasi perilaku
tersebut dilakukan melalui praktek di rumah. Mungkin konselor memberi
suatu daftar perilaku baru yang akan dipraktikan selama satu minggu,
kemudian melaporkannya pada sesi konseling keluarga berikutnya. Tugas
ini juga sering disebut home assignment (pekerjaan rumah).
- Fase Membina Hubungan Konseling
Fase ini amat penting di dalam proses
konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan
oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling yang
dilakukan dari tahap awal dan tahap berikutnya. Secara berurutan, proses
hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) konseli
memasuki ruang konseling, kemudian konselor mempersiapkan klien supaya
siap dibimbing. (2) tahap klarifikasi, klien mengungkapkan alasan
kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan harapan-harapannya, (3) tahap
struktur, konselor mengdakan kotrak, waktu yang akan digunakan, biaya
dan kerahasiaan. (4) tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling,
hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi pembinaan bantuan kepada klien.
- Memperlancar Tindakan Positif
Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
- Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan konseling, menetapkan strategis, mengupulkan fakta, mengungkapkan perasaan-perasaan klien yang lebih dalam, mengajarkan keterampilan baru konsolidasi, menjelajah alternatif, mengungkap perasaan-perasaan dan melatih skill yang baru.
- Perencanaan bagi klien, dengan tujuan memecahkan masalah, mengurangi perasaan-perasaan yang menyedihkan/menyakitkan, mengkosolidasi skill baru atau perilaku baru untuk mencapai aktivitas diri klien.
- Sebagai penutup, yaitu mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan konseling.
BAB VIII TEKNIK-TEKNIK KOSELING KELUARGA
- Teknik Konseling Keluarga Dalam Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem yang dikemukaakan oleh Perez (1979) mengembangkan sepuluh teknik konseling keluarga yaitu:
- Sculpting (mematung) yaitu suatu teknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah hubungan diantara anggota-anggota keluarga.
- Role playing (bermain peran)
- Silance (diam)
- Confrotation (konfrontasi) biasanya digunakan untuk mempertentangkan pendapat
- Teaching Via Questioning, untuk mengajar anggota keluarga dengan cara bertanya
- Listening (mendengarkan)
- Recapitulating (mengikhtisarkan pembicaraan)
- Summary (menyimpulkan)
- Clarification (menjernihkan/memperjelas pernyataan, perasaan yang samar)
- Reflection (merefleksikan perasaan klien dan ekspresi wajah).
- Skill Individu yang Perlu Dikuasai Konselor
- Teknik yang berhubungan dengan pemahaman diri seperti:
- Listening skill keterampilan mendengarkan yangterdiri dari attending, paraphrasing, clarifying, perception.
- Leading skill (keterampilan memimpin) yang terdiri dari indirect leading, direc leading, focusing, questioning.
- Reflecting skill (keterampilan merefleksi) seperti reflecting feeling /merefleksi perasaan, reflenting ekperience/ repleksi ekspresi, reflecting contenet.
- Summarizing skill (keterampilan menyimpulkan)
- Confronting skill (keterampilan mengkofrontasi) seperti mengkonfrontasi perasaan-perasaan, pengalaman, pendapat-pendapat, meningkatkan konfrotasi diri, membuka perasaan-perasaan dan memudahkan munculnya perasaan-perasaan.
- Interpreting skill (keterampilan menafsirkan)
- Informing skill (keterampilan menginformasikan)
- Keterampilan untuk menyenangkan dan menagani krisis. Skil ini juga berhubungan dengan usah menyenangkan dan konselor sebagai alatnaya.
- Keterampilan mengadakan kontak
- Keterampilan menentramkan hati klien
- Keterampilan untuk memberi relax/santai
- Meringankan krisis dengan cara mengubah lingkungan klien
- Mengembangkan alternati-alternatif, dengan persepsi realistik, mengurangi ketegangan, membuat suatu komitmen tangtangan
- Keterampilan merferal klien,
- Keterampilan untuk mengadakan tindakan positif dan perubahan perilaku klien
Keterampilan ini banyak diwarnai oleh
aliran behavioral (terapi perilaku). Tujuannya, agar setelah konseling
klien mengalami perubahan prilaku dan mampu melakukan tindakan positif.
Metode ini mempunyai karakteristik seperti: pendekatan empirik objektif
terhadap tujuan-tujuan klien dan perubahan terhadap lingkungan klien.
Adapun keterampilan teknik yang termasuk dalam bagian ini adalah:
- Modeling (metode belajar dengan cara mengalami atau memperhatikan perilaku orang lain.
- Rewarding skill (keterampilan memberikan reward atau ganjaran).
- Contracting (keterampilan mengadakan perseyujuan dengan klien).
BAB IX KETAHANAN KELUARGA
- Latar Belakng
- Ketakberfungsian Sistem Keluarga
Ada beberapa ketakberfungsian keluarga menurut Aponte dan Deusen (1980) yaitu:
- Tembusnya batasan-batasan dan aturan dalam keluarga. Pada keluarga yang fungsional batasan atau aturn keluarga dimengerti dan fleksibel. Akantetapi pada keluarga takfungsional akan terjadi sebaliknya, akibatnya akan terjadi campur aduk perilaku.
- Terjadi blok-blok dalam keluarga. Misalnya istri membentuk blok dengan ibunya, untuk melawan suaminya.
- Menurunnya kewibawaan. Jika kewibawaan susmi/orang tua sudah hilang atau orang tua/suami otoriter, maka keluarga itu tidak akan berfungsi.
- Keluarga Materialistik
Hal ini menjadi awal dari kekacauan
keluarga. Pada keluarga materialistik tujuannya adalah mengumpulkan
dengan asumsi bahwa hal itu akan membahagiakan keluarganya. Misalnya,
karena suami/ayah kurang penghasilannya, maka ibu terjun keluar rumah
untuk mencari nafkah. Akibatnya anak-anak kurang perhatian dan kasih
sayang orang tua, anak-anak dididik oleh pembantu yang biasanya
berpendidikan kurang memadai.
- Isteri Berkuasa
Islam mengajarkan bahwa laki-laki adalah
pemimpin terhadap perempuan atau suami atas isteri dan anak-anaknya.
Apabila terjadi kebalikannya, maka rumah tangga yang demikian sering
terjadi ajang pertentangan dan pertengkaran. Akibatnya anak-anak
kehilangan kendali, karena terpengaruh oleh lingkungan sosial yang buruk
sehingga kewibawaan orng tua menurun di mata anak-anak.
- Keharmonisan Hubungan Seksual
Rata-rata keluarga stres menyebebkan
hubungan seksual tidak harmonis dan tidak memuaskan. Mereka jarang
membicarakannya karena malu atau menganggap tidak perlu. Suami isteri
sering mendiamkan saja persoalan yang penting itu. Dan akibatnya jarak
antara meraka makin menjauh. Ada juga karena faktor impotensi klinis
yang disebabkan gangguan faal tubuh dan seringnya melakukan onani di
waktu masih muda. Apabila penyakit ini ditunggamgi oleh tekanan jiwa
maka orang itu akan mengalami impotensi berat.
- Situasi Global
Masyarakat Islam sangat terkejut ketika
muncul usul dari negara-nagara barat melalui PBB dalam sidang ICPD tahun
2000 yang lalu, usulannya adalah 1). Pengakuan keluarga homo dan lesbi,
2). Mengesahkan pergaulan free-sex (seks bebas); 3). Mengakui keluarga
single-parent, yaitu seorang ibu yang memelihara anak zadah (zinah)
disahkan sebagai keluarga; 4). Dituntut masyarakat dunia terhadap aborsi
(pengguguran kandungan). Jelas sekali apabila usulan-usulan tadi
diterima masyrakat dunia termasuk Islam maka berarti keluarga sudah
hancur. Kunci sukses antisipasi terletak pada 1). Kekuatan keluarga, 2).
Membatasi film-film barat yang tidak mendidik dan merugikan Islam.
- Kekacauan Keluarga
- Sebab-sebab Keretakan Keluarga
Broken home di zaman sekarng
banyak sekali penyebab potensial yang dapat menimbulkan keretakan
keluarga (broken home). Sumber-sumber konflik keluarga dapat dari faktor
ekonomi, kecurigaan mengenai perselingkuhan, soal anak, soal mertua,
dan anggota keluarga pihak suami atau isteri. Jika dirinci secara
sistematis sebab-sebab keretakan keluarga ada dua faktor besar yakni:
faktor internal dan eksternal faktor internal, seperti beben
psikologis ayah atau ibu, tafsiran dan perlakuan terhadap perilaku,
kecurigaan suami/isteri, sikap egoistis. Sedangkan faktor eksternal,
antara lain adalah campur tangan pihak ketiga, pergaulan yang negatif
anggota keluarga, kebiasaan isteri bergunjing di rumah orang lain, dan
kebiasaan judi akan berakibat kekacauan keluarga.
- Upaya Preventif
Berikut ini dikemukakan beberapa butir
syarat untuk menjadi orang tua yang bijak: a).komunikasi yang empati,
b). Menghargai anak, adalh vitamin bagi perkembangan anak c). Mendorong
anak untuk maju sesuai bakat, kemampuan dan kepribadiannya.
- Kasus Kawin Cerai Selebritis
- Dasar perkawinan selebritis
Rata-rata perkawinan selebritis dilandasi oleh beberapa hal seperti: daya tarik fisik yang biasanya dibumbui jargon cinta, daya tarik materi yang amat deras, bagi mereka perkawinan harus dapat meningkatkan keuangan, dan pengembangan karier .
- Gejala Emosional
Pada umumnya para artis dan keluarganya
akan merasakan sesuatu yang memberatkan dirinya yaitu tekanan emosional
baik disadri atau tidak. Karena faktor kesibukan, mengejar jadwal,
tertekan, cemas, dan bahkan bisa stres. Apalagi kalo sang suami bukan
seorang artis, dan anak-anak masih memrlukan perawatan ibu, yang
ujung-ujungnya akan menimbulkan percekcokan rumah tangga, pertengkaran,
dan bahkan perceraian.
- Pendekatan Konseling Perkawinan
Konseling perkawinan adakah cabang dari
konseling keluarga, dengan tujuan agar komunaikasi suami-isteri
harmonis. Melalui pendekatan konseling perkawinan, beberapa langkah
harus dilalui oleh pasangan suami-isteri yaitu: a). Konselor memberi
keudahan bagi masing-masing pasangan untuk mengungkapkan unek-unek
emosinya, b). Setlah lega karena telah mengatakan unek-uneknya yang
kemudian mereda, akan memberi peluang munculnya pemikiran rasional,
objektif dan relistis. c). Konselor harus mampu memanfaatkan situasi
rasional ini untuk memnemukan solusi yang menguntungkan kedua belah
pihak.
- Analisis
Beragam keadaan degradasi moral religius
di masyarakat telah berdampak terhadap keluarga. Dalam kehidupan
masyarakat saat ini adanya degradasi nilai-nilai moral religius pada
sebagaian anggota masyarakat karena kuatnya pengaruh materi dan mencari
kesenangan hidup (hedonistik). Komplik sosial dan kekerasan sering
terjadi karena semakin kuatnya pengaruh paham materialistik dan
hedonistik. Tipu-menipu, pencurian, dan perampokan semakin merajalela.
Degradasi moral religius, pegaulan bebas, aborsi, narkotik, alkohol dan
konflik sering dipicu oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin hari
kian berganti dan berkembang.
E. Pengertian Konseling Pernikahan
Konseling pernikahan adalah upaya
membantu pasangan calon suami istri oleh konselor profesional, sehingga
mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya
melalui cara-cara yang saling menghargai, toleransi dan dengan
komunikasi yang penuh pengertian, sehingga tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandiria, dan sejahtera seluruh anggota
keluarga.
F. Proses Konseling Pernikahan
1. Raport adalah proses konseling
pernikahan/keluarga diawali dengan pembentukan laport yaitu hubungan
timbal-balik, bersahabat, saling percaya antara konselor dengan klien,
dengan tujuan agar suami istri/anggota keluarga itu jujur dan terbuka.
2. Pengembangan apresiasi (penghargaan)
emosional adalah konseling yang dipimpin oleh konselor
pernikahan/perkawinan akan berhasil jika dapat mendinamiskan suami
istri, anggota keluarga, sehingga terlihat interaksi yang diwarnai
emosional.
3. Pengembangan alternatif modus perilaku
adalah menerapkan perilaku yang baru yang nantinya harus diterapkan di
rumah setelah usai konseling
4. Membina hubungan konseling. Tujuannya
agar minat dan perhatian anggota keluarga atau suami istri tetap
semangat untuk mengikuti konseling, dan memelihara hubungan konseling
dengan baik, yaitu dengan menunjukkan sikap-sikap baik seperti empati,
menerima, menghargai, memahami, mendorong, jujur, hangat, yang selalu
dikembangkan oleh konselor
5. Memperlancar tindakan positif. Pada fase ini, konselor harus menggali masalah dan menemukan alternatif pemecahan masalah.
G. Teknik-teknik Konseling Pernikahan
yaitu mematung, bermain peran, diam,
konfrontasi, mengajar melalui pertanyaan, atending dan listening,
refleksi feeling, eksplorasi, menyimpulkan, menjernihkan/menjelaskan,
memimpin, dan memfokuskan.
H. Bimbingan Keluarga Sakinah
Setiap umat Islam diperintahkan oleh
Allah SWT. Agar teguh beriman dan bertaqwa dengan tujuan hidup mendapat
ridha Allah, sehingga memperoleh kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
Membina keluarga agar menjadi sakinah adalah kepedulian utama ajaran
Islam seperti firman Allah surat Attahrim ayat 6, surat Luqman ayat
12-19, serta hadits Nabi SAW.
Ngepink................ Coment Back yooooo
BalasHapusmakasihh mba buatt arsipp
BalasHapus